Tuesday, January 26, 2016

Naruto Fanfiction: The Memories That Fade Away

Assalamu'alaikum fellas!

Osh, kali ini mencoba menuangkan ide dalam benak menjadi rangkaian kata, frasa, kalimat, dan paragraf. Semoga nyambung, semoga kemampuan bermain diksi belum tumpul, semoga bisa keep writing meskipun nanti kuliah bakal sibuk banget, aamiin!

K, here we go~

The Memories That Fade Away
.
.
Naruto (c) Masashi Kishimoto
.
.
happy reading!
.
.
Cat dinding berwarna putih gading itu nampak lusuh tertimpa cahaya lampu, menandakan bahwa umurnya sudah lama. Hilang sudah kilauan semasa baru dikuaskan di dinding bata ini. Langit-langit asbes yang di tiap sudutnya ada sawang-sawang tak tersentuh. Bingkai-bingkai foto berjejeran di tembok, seakan menonton aku yang sedari pagi hanya terdiam di kasur, tak bergeming sedikitpun.

Aku terbaring sendirian. Di kamar ini, tanpa siapapun menemani. Dengan headset terpasang sejak aku membuka mata hingga malam merambat. Seprai yang lusuh, selimut yang berserakan tak teratur, bantal dan guling yang terlempar kemana-mana, seakan menunjukkan betapa kalutnya suasana hatiku saat ini. Aku bahkan tak menyadari hari sudah gelap, tak terhitung juga berapa kali lagu itu berdendang di telingaku.

Ya, lagu itu. Lagu yang kami nyanyikan bersama sewaktu SMA. Lagu yang tak pernah kusangka akan menjadi kenyataan.

Aku pikir lagu itu hanya sebatas lagu saat kami nyanyikan bersama, aku tak sungguh-sungguh memahami tiap makna dan arti pada liriknya. Yang kutahu, aransemen musiknya sangat bagus sehingga aku menyukainya. Suara dari penyanyi aslinya pun membuatku berdecak kagum, suara tinggi yang seperti dia mengutarakan seluruh isi hatinya melalui sajak-sajak lirik yang ia lantunkan. Kami sama-sama menyukainya, sejak kami menyanyi bersama sewaktu karaoke dengan teman-teman sekelas.

Entahlah, aku tak mengerti. Aku tak mengerti kenapa lagu ini bisa terealisasikan di kehidupanku, kehidupan kami. Mungkin memang sebaiknya begitu daripada saling menyakiti, mungkin.

Tapi, apa aku yakin inilah jalan yang terbaik untukku? Untuknya? Untuk kami?

Aku bahkan tak bisa berhenti memikirkannya. Memikirkan setiap memori, setiap kejadian yang sudah kami lewati bersama setelah sekian tahun. Apa dia di sana memikirkanku juga? Memikirkan apa yang telah dijalani bersama sampai sejauh ini?

Aku merasa mimpiku runtuh berjatuhan. Aku yang terlanjur percaya bahwa kami akan terus bersama sampai akhirnya maut memisahkan. Aku tak pernah menyangka akhirnya akan seperti ini. Aku masih tak percaya dengan kenyataan ini, aku masih berpikir ini hanyalah mimpi buruk dan yang perlu kulakukan hanya bangun dari tidurku. Namun, berapa kali aku melakukannya, tetap saja ini adalah kenyataan hidup yang kujalani.

Kuusap mata kananku. Lelah sudah aku tertidur seharian ini, mencoba lari dari kenyataan. Mencoba menjalani hidup dalam mimpi. Tapi betapapun aku berusaha menghindari kenyataan, inilah hidup. Realita kejam yang selalu ada di dunia semua orang yang harus dihadapi. 

Aku tahu, tanpanya pun aku masih bisa hidup. Aku masih bisa menjalani hari-hariku tanpa kehadirannya, senyumannya, semangatnya, tingkahnya yang menyebalkan. Aku tahu, aku sadar. Tapi aku tak tahu apa hatiku akan pulih seperti sedia kala dengan cepat. Aku tak tahu apa pikiranku bisa memudarkan semua kenangan yang tercipta. Bahkan aku tak tahu apakah aku akan menaruh hati ini lagi pada orang lain setelah sakit yang luar biasa perihnya.

Lagu itu, hutan itu, aroma tembakau itu, sentuhan itu, rasa manis itu, semua masih terngiang jelas di benakku. Tak akan mudah luntur begitu saja.

Entahlah...

"Temari, kau baik-baik saja? Ayolah keluar kamar, kau sudah seharian tidak makan. Kami khawatir kau jatuh sakit nanti. Apa kau benar-benar sesibuk itu sampai tidak bisa meninggalkan kamarmu barang sedetikpun?" Suara Kankurou memecah keheningan, membuyarkan lamunanku tentang Shikamaru. Dia benar, aku benar-benar tidak makan dan minum seharian ini, aku tak menyadarinya. Memikirkan pemuda rusa itu membuatku melupakan kesehatan diriku sendiri.

"Apa kami perlu mendobrak masuk kamarmu? Kami ingin memastikan keadaanmu. Bahkan jika kau menangis seharian di kamar karena sesuatu, apapun itu, siapapun itu, kami akan menghabisinya," ujar Gaara. Aku tak pernah mendengarnya se-over protective itu, tapi aku tahu Gaara dan Kankurou akan melakukan apapun untuk melindungiku.

"Ya, ya. Aku akan keluar sebentar lagi, aku ganti baju dulu!" sahutku.

Kupandang bintang yang bertaburan di langit Suna. Aku sudah berjanji untuk tidak menangisinya lagi. Aku tahu ini adalah keputusan terbaik untuk kami. Aku tak sendirian, aku yakin itu. Tuhan sudah mempersiapkan rencana terbaik untukku, untuknya, untuk kami. Aku hanya perlu menjalani hidupku dan aku persilakan waktu untuk menyembuhkan segalanya.

Dan biarkan kenangan itu menghilang dengan sendirinya.

Beristirahatlah dari cinta yang salah, diriku. Beristirahatlah. Sampai akhirnya kau siap untuk jatuh cinta lagi, dan menaruh hatimu pada orang yang tepat. Bahkan jika itu dirinya, ia akan kembali padamu dengan diri yang jauh lebih baik dari sekarang.
.
.
end
.
.
..........oke fix, masih harus banyak belajar, banyak baca, banyak nonton(?) asli fail banget. Temari, kau sangat menggalau, penggalauan yang teramat galau (?) OOC juga, kapan sih kau tuh bikin fic ga OOC, nak? DX

Kangen dah bikin fic baper-baper gitu, terakhir bikin pas kelas 9 SMP kalo ga salah, fic Melayucest dengan Malay-centric. Halaaah, rindu sangat ya. Makanya ayo mulai nulis lagi, apapun itu. Ihiks.

Yasudahlaaa, semoga menghibur. Kritik sarannya pliiis! *wink wink*

Adios!~

No comments:

Post a Comment